PERCOBAAN I
KOROSI BESI
Selasa, 8 Oktober 2012
I. TUJUAN
v
Mengamati perubahan/perkaratan besi
v
Mengamati proses oksidasi dan reduksi yang
terjadi pada besi
II.
DASAR
TEORI
Korosi merupakan proses degradasi,
deteorisasi, pengerusakan material yang disebabkan oleh pengaruh lingkungan
sekelilingnya. Adapun prosesnya yakni merupakan reaksi redoks antara suatu
logam dengan berbagai zat disekelilingnya tersebut. Dalam bahasa sehari-hari
korosi disebut dengan pengkaratan. Jadi jelas korosi dikenal sangat merugikan.
Korosi merupakan sistem termodinamika logam dengan lingkungannya, yang berusaha
untuk mencapai kesetimbangan. Sistem ini dikatakan setimbang bila logam telah
membentuk oksida atau senyawa kimia lain yang lebih stabil. Pencegahan korosi merupakan salah satu masalah
penting dalam ilmu pengetahuan dan teknologi modern. Besi adalah salah satu
dari banyak jenis logam yang penggunaannya sangat luas dalam kehidupan
sehari-hari. Namun kekurangan dari besi ini adalah sifatnya yang sangat mudah
mengalami korosi. Padahal besi yang telah mengalami korosi akan kehilangan
nilai jual dan fungsi komersialnya. Ini tentu saja akan merugikan sekaligus
membahayakan. Berdasarkan dari asumsi tersebut, percobaan ini difokuskan dalam
upaya pencegahan terjadinya peristiwa korosi ini khususnya pada besi. Selain
itu, pada percobaan ini akan diketahui logam-logam apa sajakah yang dapat
menghambat terjadinya korosi sesuai dengan sifat-sifat kimianya.
Besi merupakan logam yang menempati
urutan kedua dari logam-logam yang umum terdapat pada kerak bumi. Besi cukup
reaktif, besi bila dibiarkan diudara terbuka untuk beberapa lama mengalami
perubahan warna yang lazim disebut perkaratan besi. Proses perubahan besi
menjadi besi berkarat merupakan reaksi redoks yang melihat oksigen :
Fe(s)
+ O2 --------> Fe2O3
Faktor yang berpengaruh terhadap
korosi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu berasal dari bahan itu sendiri dan
dari lingkungan. Faktor dari bahan meliputi kemurnian bahan, struktur bahan,
bentuk kristal, unsur0unsur kelumit yang ada dalam bahan, teknik pencampuran
bahan dan sebagainya. Faktor dari lingkungan meliputi tingkat pencemaran udara,
suhu, kelembapan, keberadaan zat-zat kimia yang bersifat korosif dan
sebagainya. Bahan-bahan korosif (yang dapat menyebabkan korosi) terdiri atas asam,
basa serta garam, baik dalam bentuk senyawa an-organik maupun organik.
Penguapan dan pelepasan bahan-bahan korosif ke udara dapat mempercepat proses
korosi. Udara dalam ruangan yang terlalu asam atau basa dapat mempercepat
proses korosi peralatan elektronik yang ada dalam ruangan tersebut.
Flour, hidrogen flourida beserta
persenyawaan-persenyawaannya dikenal sebagai bahan korosif. Dalam industri,
bahan ini umumnya dipakai untuk sintesa bahan-bahan organik. Ammmoniak (NH3)
merupakan bahan kimia yang cukup banyak digunakan dalam kegiatan industri. Pada
suhu dan tekanan normal, bahan ini berada dalam bentuk gas dan sangat mudah
terlepas ke udara. Ammoniak dalam kegiatan industri umumnya digunakan untuk
sintesa bahan organik, sebagai bahan anti beku di dalam alat pendingin, juga
sebagai bahan untuk pembuatan pupuk. Bejana-bejana penyimpan ammoniak harus
selalu diperiksa untuk mencegah terjadinya kebocoran dan pelepasan bahan ini ke
udara. Embun pagi saat ini umumnya mengandung aneka partikel aerosol, debu serta
gas-gas asam seperti Nox dan Sox. Dalam batu bara terdapat belerang atau sulfur
(S) yang apabila dibakar berubah menjadi oksida belerang.
Masalah utama berkaitan dengan
peningkatan penggunaan batubara adalah dilepaskannya gas-gas polutan seperti
oksida nitrogen (Nox) dan oksida belerang (SOx). Walaupun sebagian besar pusat
tenaga listrik batubara telah menggunakan alat pembersih endapan (presipitator)
untuk membersihkan partikel-partikel kecil dari asap batubara, namun Nox dan
Sox yang merupana senyawa gas dengan bebas naik melewati cerobong dan terlepas
ke udara bebas. Di dalam udara, kedua gas tersebut dapat berubah menjadi asam
nitrat (HNO3) dan asam sulfat (H2SO4)
Oleh sebab itu, udara menjadi terlalu asam dan bersifat
korosif dengan terlarunya gas-gas asam tersebut di dalam udara. Udara yang asam
ini tentu dapat berinteraksi dengan apa saja, termasuk komponen-komponen renik
di dalam peralatan elektronik. Jika hal itu terjadi, maka proses korosi tidak
dapat dihindari lagi. Korosi yang menyerang piranti maupun komponen-komponen
elektronika dapat mengakibatkan kerusakan bahkan kecelakaan. Karena korosi ini
maka sifat elektrik komponen-komponen elektronika dalam komputer, televisi,
video, kalkulator, jam digital dan sebagainya menjadi rusak. Korosi dapat menyebabkan
terbentuknya lapisan non-konduktor pada komponen elektronik.
Oleh sebab itu, dalam lingkungan
dengan tingkat pencemaran tinggi, aneka barang mulai dari komponen elektronika
renik sampai jembatan baja semakin mudah rusak, bahkan hancur karena korosi.
Dalam beberapa kasus, hubungan pendek yang terjadi pada peralatan elektronik
dapat menyebabkan terjadinya kebakaran yang menimbulkan kerugian bukan hanya
dalam bentuk kehilangan atau kerusakan materi, tetapi juga korban nyawa.
III. METODEOLOGI PERCOBAAN
a.
Alat :
1.
Gelas piala 250 mL
2.
Cawan petri
3.
Batang pengaduk
4.
Penanggas air
5.
Paku
b.
Bahan :
1.
Larutan NaCl
2.
Agar-agar
3.
K3(Fe(CN)6)
4.
Fenolftalin
5.
Larutan HCl
c.
Cara Kerja
IV. HASIL & PEMBAHASAN
a.
Hasil Percobaan
Tabel perlakuan terhadap paku beton berukuran sama
Waktu
|
Agar-agar (kontrol)
|
Kontrol + Fenolftalein (PP)
|
Kontrol + K3(Fe(CN)6) 0,5 M
|
Kontrol + NaCl 0,5M
|
Kontrol + NaOH 0,5 M
|
Kontrol + HCl 0,5 M
|
30 menit
|
||||||
1 jam
|
||||||
2 jam
|
||||||
24 jam
|
Urutan terjadinya tingkat korosi pada paku beton dengan
berbagai perlakuan
b.
Pembahasan
Pada percobaan ini, digunakan bahan
dasar logam besi, dalam hal ini paku, karena logam ini sangat luas dan korosi
pada logam ini sangat utama. Salah satu proses pencegahan korosi pada besi
adalah dengan proses pelapisan dengan logam lain berdasarkan sifat-sifat kimia
tertentu dari logam yang akan digunakan dalam hal ini adalah Cu, Zn, dan Al.
Paku adalah salah satu bahan yang sangat mudah teroksidasi oleh oksigen yang
ada di udara bebas. Dimana oksigen akan membentuk lapisan oksida melapisi permukaan
logam, teteapi oksida logam besi ini mempunyai pori-pori sehingga mudah
ditembus oleh oksigen atau uap air. Dengan demikian, keadaan ini memungkinkan
reaksi oksidasi secara berkelanjutan pada bagian awal lapisan oksida yang telah
terbentuk sebelumnya. Demikian seterusnya sampai semua logam besi teroksidasi,
menyebabkan perubahan bentuk yang gembur dan keropos, yang pada akhirnya akan
mengurangi bahkan merusak penampilan dan kekuatan logam besi tersebut.
Dalam percobaan ini kita dapat
mengetahui apakah paku besi mengalami korosi atau terlindung dari korosi jika
ada dan tidak ada kontak langsung dengan logam lain seperti Cu, Zn, dan Al.
Mula-mula, paku besi dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi asam sulfat.
Hal ini dilakukan untuk mempercepat korosi, sebagaimana kita ketahui bahwa
keasaman tinggi merupakan faktor utama meningkatkan laju korosi. Paku tersebut
dibenamkan dalam asam sulfat beberapa menit, kemudian di pindahkan dengan
menggunakan pinset bersih. Hal ini dilakukan untuk menghindari adanya pengotor
yang melekat pada paku, paku kemudian dimasukkan ke dalam air mendidih, untuk
membersihkan paku dari kotoran yang mungkin masih terdapat dalam paku ataupun
pinset yang digunakan.
Pada percobaan ini digunakan agar-agar yang berfungsi
sebagai medium indikator, juga digunakan untuk mengetahui tempat-tempat reaksi
anoda dan katoda terjadi. Terlebih dahulu, agar-agar dilarutkan dalam air
mendidih, karena agar-agar tidak larut dalam air dingin. Camouran kemudian
ditambahkan NaCl yang berfungsi sebagai jembatan garam yang dapat dinetralkan.
Larutan kemudian ditambahkan dengan indikator PP yang menyebabkan adanya warna
merah muda dengan adanya OH-, warna merah muda dalam gel menunjukkan
tempat dimana reduksi. Selanjutnya dilakukan penambahan K3Fe(CN)6 yang bertujuan untuk menunjukkan
tempat dimana Fe teroksidasi yang ditandai dengan adanya warna biru.
Untuk mengetahui logam mana yang
meningkatkan korosi besi atau menghambat korosi, maka dalam percobaan ini
digunakan tiga macam logam dalam bentuk foil seperti foil Cu, Zn, dan Al yang
dilekatkan pada paku. Selanjutnya keempat paku tersebut dimasukkan ke dalam
tabung reaksi yang berbeda, kemudian ke dalam tabung reaksi dimasukkan gel
dalam keadaan panas, hal ini dilakukan agar gel tersebut tidak meggumpal.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim, 2008, Korosi, (online) (http://www.wikipedia.com),
diakses 22 April 2009, pukul 21.00.
Hamada, H., dan Tanabe, H., 2004,
Analysis of Overheating Rupture in Heat-Transfer Tubes Causing Corrosive High-Temperature
Reaction, Journal of Nuclear
Science and Technology, 41(6).
Oxtoby, D. W.,
Gillis, H. P. dan Nachtrieb, N. H., 1999, Kimia
Modern, Erlangga, Jakarta
Svehla, G., 1990, Buku Teks Analisis Anorganik
Kualitatif Makro dan Semimikro, PT. Kalman Media Pustaka, Jakarta.
Taba, P., Zakir,
Muh., Fauziah, St., 2009, Penuntun
Praktikum Kimia Fisika, Laboratorium Kimia Fisika Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Hasanuddin, Makassar.
Trethewey, K. R., dan Camberlain, J.,
1991, Korosi, PT. Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar